JODOH

Hidup itu mudah kalau kita memudahkannya dengan selalu bersyukur atas nikmatNya. Cinta itu baik kalau kita berbuat baik untuknya dengan gak menyianyiakan orang yang udah mencintai kita dengan seluruh hidupnya bukan lagi dengan seluruh hatinya, karena buat saya lelaki yang akan saya nikahi kelak harus merelakan seluruh kehidupannya berpusat pada saya, saya bukan hanya meminta hatinya tapi juga hidupnya.

Satu hal yang masih saya belum pahami, Jodoh itu apa? Saya beragama dan saya yakin jodoh itu ada, tapi lantas apa jodoh kita itu hanya satu orang saja? Yang merelakan tulang rusuk bengkoknya untuk  JODOHnya. Beberapa ada yang bilang ketika melihat perceraian pasangan suami istri langsung berpendapat jodoh mereka hanya sampai situ aja. Saya juga langsung berpendapat jadi jodoh sejati itu bukan hanya orang yang saling bersumpah setia didepan penghulu namun seseorang yang juga menemani sampai akhir perjalanan duniawi baik dia maupun saya. Lantas gimana bisa kita tau jodoh sejati kita yang mana?

                Saya punya satu teori yang terus saya pegang, kalau emang udah jadi milik kita biar gimanapun orang lain menjaganya tetap pada akhirnya akan kembali ke kita lagi walaupun dalam bentuk yang berbeda namun tetap bernilai sama. Saya percaya cerita tentang dua yang telah terpisah jauh dan menjalani kehidupan masing-masing tanpa memperdulikan satu sama lain lalu tiba-tiba disatukan dalam kesempatan yang tidak terencana oleh mereka itulah jodoh.

                Kata orang kalau jodoh itu mukanya mirip. Karena memang mereka diciptakan untuk menjadi kembar siam, yang tak bisa hidup normal bila terpisah. Karena kehadiran mereka saling melengkapi satu sama lain. Jodoh gak selalu harus sama tapi harus bisa saling mengisi pori-pori hubungan mereka sehingga ikatan mereka kokoh dan gak lantas terburai saat cinta mulai beranjak mati. Itulah saat cinta gak diperlukan lagi, yang tersisa adalah rasa saling bergantung yang selalu dapat menumbuhkan akar cinta baru.